MODEL-MODEL KONSELING
KARAKTERISTIK KONSELING
• Proses bantuan (helping process)
• Interaksi/hubungan manusiawi bersifat intelektual, emosional, perilaku
• memfasilitasi perkembangan/pemecahan masalah/pengambilan putusan
Batasan konseling sesuai dengan pendekatan/model masing-masing
BAGAIMANA MEMULAI KONSELING
Teori-Model
Praktik Falsafah Pribadi
Personal Counseling
PENTINGNYA TEORI DAN MODEL
• Mensistematikkan temuan-temuan
o fenomena kompleks ditata sehingga dapat dianalisis,
o memperli¬hatkan kaitan hasil-hasil eksperimen/penelitian
membantu pemahaman,
(sejumlah besar fenomena diatur dalam suatu skema yang koheren)
• Melahirkan hipotesis-hipotesis
o teori sebagai pembangkit hipote¬sis penelitian.
o memberi arah di mana mencari jawaban atas per¬tanyaan.
menghemat usaha dalam penelitian
• Membuat prediksi
o perlihatkan apa yang mungkin ditemukan, bila dilakukan eksperi¬men/pengamatan.
• Memberikan penjelasan menjawab pertanyaan “mengapa”.
o Mengapa terjadi peristiwa-peristiwa tertentu, dan
o Mengapa manipulasi variabel menghasilkan perubahanh pada variabel lain.
Banyak ke¬jadian disebabkan faktor yg tidak diketahui dg sempurna.
dijelaskan secara teoretis.
TEORI
• sejumlah propo¬sisi yang terintegrasi secara sintaktik: ikuti aturan
trt yg dpt menghu-bungkan secara logis proposisi satu dengan yang lain;
juga pada data yang diamati
• untuk pre¬diksi & jelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati
MODEL
• struktur konseptual dalam suatu bidang
• Bimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain
• biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang
• mempunyai sifat “jika-maka”, dan terikat pada teori
VERIFIKASI TEORI/MODEL KONSELING
• Jelas, mudah difahami dan dikomunikasikan, konsepnya serasi
• Menyeluruh, jelaskan berbagai fenomena dalam berbagai situasi
• Membangkitkan riset
• Mengaitkan cara dengan hasil, kaitkan prosedur dan tujuan
• Berguna bagi praktisi
ORIENTASI TEORI/MODEL KONSELING
Afektif
Perilaku Kognitif
Berikut ini perkenalan singkat dengan dengan tiga model konseling yang mewakili corak afektif, kognitif, dan perilaku.
PERSON CENTERED (KONSELING BERPUSAT PRIBADI)
Model konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers.
Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik
yang menekankan model fenomenologis. Konseling person-centered mula-mula
dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap konseling
psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian
diubah menjadi client-centered, dan terakhir person-centered. Didasarkan
pada pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber
daya konseli untuk menjadi sadar diri self-aware dan untuk pemecahan
hambatan ke pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan konseli, bukan
konselor, sebagai pusat konseling.
Falsafah dan Asumsi Dasar
Model ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia yang
melihat orang memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi
untuk berfungsi secara penuh (becoming fully functioning). Asumsi
dasarnya adalah: dalam konteks suatu hubungan pribadi dengan kepedulian
konselor, konseli mengalami perasaan yang sebelumnya ditolak atau
disimpangkan dan peningkatan self-awareness. Konseli diberdayakan
melalui partisipasi mereka dalam hubungan konseling. Mereka mewujudkan
potensi mereka untuk tumbuh, utuh, spontan, dan diarahkan dari motivasi
internal (inner-directedness).
Konsep utama
Setiap orang dapat mengarahkan hidup dirinya sendiri. Konseli mempunyai
kapasitas untuk memecahkan permasalahan hidup secara efektif tanpa
penafsiran dan arahan konselor ahli. Model ini memusatkan proses pada
mengalami secara penuh momen saat ini, belajar untuk menerima dirinya,
dan memutuskan cara untuk berubah. Ia memandang kesehatan mental sebagai
sama dan sebangun antara apa yang orang inginkan untuk menjadi dan
apa yang benar-benar terjadi.
Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling adalah menyediakan iklim yang aman dan percaya
dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli, dengan
menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, dapat menjadi
sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan. Konseli cenderung untuk
bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih
sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih
hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal
untuk apa ia perlu menjadi.
Hubungan Konseling
Rogers menekankan sikap dan karakteristik pribadi konselor dan mutu dari
hubungan konseli/konselor sebagai faktor penentu utama dari hasil
konseling. Kualitas konselor yang menentukan hubungan meliputi
keaslian/ketulusan (genuineness), kehangatan (warmth), empati yang
akurat (accurate empathy), penerimaan dan penghormatan tanpa syarat
terhadap konseli (unconditional acceptance of and respect), memberikan
kebebasan (permis¬siveness), kepedulian (caring), dan mengkomunikasikan
sikap itu semua kepada konseli. Melalui hubungan sedemikian itu,
konseli dapat menerjemahkan belajarnya di dalam konseling ke hubungan di
luar dengan orang lain.
Teknik dan Prosedur
Sebab model menekankan hubungan konseli-konselor, teknik-tekniknya
terbatas. Teknik hanyalah sekunder dibandingkan sikap konselor. Model
ini meminimalkan teknik-teknik direktif, penafsiran, tanya jawab,
penyelidikan, diagnosis, dan pengumpulan sejarah. Proses lebih
memaksimalkan mendengarkan dan mendengar aktip, pemantulan perasaan, dan
klarifikasi. Keterlibatan penuh dari konselor sebagai pribadi dalam
hubungan konseling lebih ditekankan.
Aplikasi
Model ini mempunyai lapangan aplikasi yang luas pada banyak situasi
pribadi ke pribadi. Ia bermanfaat untuk konseling individu dan
kelompok, PBM yang berpusat pada siswa, hubungan orang tua-anak, dan
laboratorium pelatihan hubungan antarmanusia; dan utamanya cocok untuk
tahap awal kerja intervensi krisis. Prinsip-prinsipnya telah diterapkan
pada administrasi dan manajemen dan untuk bekerjasama dalam institusi
dan sistem.
Kontribusi
Model ini menjadi salah satu dari yang pertama mematahkan konseling
psikoanalisa tradisional, menekankan tanggung jawab dan peran aktip
konseli, menghadirkan pandangan yang positif dan optimis dan
memberikan perhatian akan kebutuhan untuk memperhitungkan aspek
kedalaman pribadi dan pengalaman subjektif. Ia mengutamakan proses
konseling yang berpusat pada hubungan dibandingkan mengutamakan teknik.
Model ini memusatkan pada peran penting dari sikap konselor. Model
telah menghasilkan banyak riset klinis baik dalam hal proses maupun
hasil konseling, yang pada gilirannya telah mendorong pelahiran
hipotesis-hipotesis tentatatif. Model ini juga telah diterapkan pada
orang-orang dari budaya yang berbeda secara bersama-sama.
Prinsip-prinsipnya bernilai dan bermanfaat diaplikasikan pada latar
multibudaya.
Keterbatasan
Ada kemungkinan bahaya menjadi konselor yang melulu merefleksikan isi,
ketika membawa sedikit kepribadiannya ke dalam hubungan konseling. Model
terbatas dalam menggunakan bahasa nonverbal konseli. Sebagai suatu
model ahistorik cenderung kurang memperhitungkan arti masa lampau.
Sebagian dari keterbatasan yang utama tampak bukan karena teorinya
tetapi karena beberapa kesalahpahaman konselor terhadap konsep dasar dan
aplikasi praktis mereka yang dogmatis.
siip
BalasHapus