Kamis, 16 Mei 2013

Bimbingan Karir


“Bimbingan Karir adalah proses pemberian bantuan kepada siswa dalam memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan mengenal kesempatan kerja, mampu mengambil keputusan sehingga yang bersankutan dapat mengelola pengembangan kariernya”. (Manrihu, 1988 : 18).


Dari pengertian di atas jelaslah bahwa pelaksanaan  Bimbingan Karier di Sekolah adalah proses membantu siswa agar memahami diri dan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk kemantapan cita-citanya.

Terkait dengan pengertian Bimbingan Karier di atas maka yang dimaksud dengan Bimbingan Karier dalam penelitian ini adalah suatu proses usaha membantu siswa untuk mengenal potensi dirinya seperti : bakat, minat, kelebihan dan kekurangannya serta mampu memperkenalkan seluk beluk dunia kerja dan berbagai jenis pekerjaan yang diminatinya sesuai dengan cita-cita para siswa.
2.    Tujuan Bimbingan Karier

Secara umum tujuan  Bimbingan Karier di Sekolah sebagai berikut: “Membantu siswa dalam memahami diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan, merencanakan dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya”. (Sukardi,1984 : 31).

Sedangkan tujuan khusus yang menjadi sasaran pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah menurut Drs. Dewa ketut Sukardi, adalah :
  • Siswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang dirinya sendiri (self konsept ), 
  • Siswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang dunia kerja, 
  • Siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai diri sendiri dalam menghadapi pilihan lapangan kerja dalam persiapan memasukinya, 
  • Siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir agar mampu mengambil keputusan tenntang jabatan yang  sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja, 
  • Siswa dapat menguasai keterampilan dasar yang penting dalam pekerjaan terutama kemampuan berkomunikasi, berkerja sama berprakarsa dan sebagainya.
3.    Prinsip-Prinsip Bimbingan Karier

Agar Bimbingan Karier di Sekolah dapat berfungsi dcngan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip Bimbingan Karier perlu diperhatikan para pembimbing khususnya dan administrator Sekolah pada umumnya terutama dalam penyusunan program Bimbingan Karier di Sekolah.
Secara umum prinsip-prinsip Bimbingan Karier  di Sekolah di antaranya adalah :
  • Seluruh siswa hendaknya mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian kariernya secara tepat.
  • Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadai terhadap dirinya sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial dan perencanaan karier.
  • Siswa secara keseluruhan dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dengan kariernya.
  • Siswa pada setiap tahap program pendidikannya hendaknya memiliki pengalaman yang berorientasi pada karier secara berarti dan realistik.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya memiliki tujuan untuk merangsang pendidikan siswa .
  • Program Bimbingan Karier di Sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan dikoordinasi oleh pembimbing disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.
4.    Program Bimbingan Karier di Sekolah

Sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah, yaitu secara umum bertujuan untuk membantu para siswa untuk memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses persiapan diri untuk bekerja dan berguna dalam masyarakat maka dari itu untuk mencapai tujuan tersebut perlu kiranya disusun suatu program Bimbingan Karier yang di rencanakan dengan matang.

Dengan demikian penyusunan program layanan Bimbingan Karier di Sekolah memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah.
Penyusunan suatu program Bimbingan Karier di Sekolah hendaknya didasarkan pada beberapa prinsip diantaranya sebagai berikut:
  • Program Bimbingan Karier hendaknya direncanakan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan terintegrasi.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya disusun dengan melibatkan siswa dalam proses perkembangannya.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya menyajikan berbagai macam pilihan tentang kesempatan kerja yang ada dalam lingkungan serta dalam dunia kerja yang menjadi cita-cita para siswa.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya mempertimbangkan aspek pribadi siswa secara totalitas. Dengan demikian para siswa akan memiliki kemampuan untuk mengenal berbagai potensi, bakat, minat, kebutuhan diri serta nilai-nilai hidupyang dicita-citakannya.
  • Program Bimbingan Karier hendaknya diwujudkan untuk melayani semua siswa.
5.    Pilihan Individu dan Perencanaan Karier.

Selama menelusuri kehidupan, beberapa orang memiliki pilihan atau kesempatan untuk memilih dari pada yang lain.Contoh, diantara siswa memiliki beberapa pilihan untuk memilih seperti jurusan, jenis pekerjaan, serta bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tapi bukan berarti pilihan-pilihan tersebut akan dapat dipenuhi tanpa ada dasar yang memotivasi diri dalam diri siswa itu sendiri.

Sehubungan dengan hal ini maka sangat tepatlah tujuan dilaksanakan Bimbingan Karier di Sekolah-sekolah dalam rangka membantu mengarahkan cita-cita para siswa. Hal berikut ini mungkin akan dapat membantu siswa di Sekolah diantaranya :
  • Perencanaan Karier dapat membantu siswa mempersiapkan pengambilan   keputusan.
  • Perencanaan Karier dapat membantu siswa mengembangkan beberapa   kepercayaan dalam diri sendiri.
  • Perencanaan Karier dapat membantu siswa menemukan beberapa makna dari  aktivitas siswa di Sekolah.
  • Perencanaan Karier dapat memberikan ketenangan bagi diri siswa untuk mengenal kesempatan-kesempatan yang baik yang ditemukannya di Sekolah maupun di luar Sekolah.
  • Perencanaan Karier dapat membantu siswa menentukan apa yang seharusnya dilakukan sekarang dalam kaitannya dengan apa yang diinginkan selanjutnya.
6.    Cara Pelaksanaan Bimbingan Karier

Cara pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah terdiri dari dua macam tehnik pendekatan, yaitu pendekatan individual dan pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok dalam Bimbingan Karier akan memungkinkan masalah yang bersangkut paut dengan karier dapat ditangani untuk semua siswa di Sekolah. Supaya memiliki keterampilan dalam proses pengambilan keputusan mengenai apa yang dicita-citakan pekerjaan, jabatan atau karier yang utama dimasa depan. Untuk mencapai tujuan itu para siswa perlu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya serta dapat mengambil keputusan yang bemakna bagi dirinya.

Berdasarkan kelompok dalam Bimbingan Karier di Sekolah nampaknya menjadi suatu pendekatan bimbingan yang esensial karena dapat memberikan bantuan layanan kepada semua siswa di Sekolah. Maka dari itu pendekatan kelompok dalam Bimbingan Karier dapat meningkatkan konselor propesional secara maksimal.
Cara pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah adalah sebagai berikut:

“Cara pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah dapat ditempuh melalui dua pendekatan yakni: Pendekatan Individual yaitu dengan penyuluhan karier dan pendekatan kelompok dengan kegiatan:(1). Paket belajar, (2). Pengajaran unit, (3). Papan buletin, (4). Hari Karier dan (5). Karya Wisata Karier. (Agus suyanto, 1989: 23).
Pendapat  di atas menekankan bahwa Bimbingan Karier dilaksanakan melalui dua cara pendekatan sebagai berikut:
a.    Pendekatan Individual yaitu: Melalui penyuluhan karier. Bantuan dengan penyuluhan karier melalui dua cara:
  • Konseling tentang pemecahan kesulitan dengan tujuan mengatasi masalah yang dihadapi siswa.
  • Bantuan perorangan agar masing-masing siswa dapat memahami dirinya, memahami dunia kerja dan mengadakan penyesuaian antara dirinya dengan dunia kerja.
b.    Pendekatan Kelompok 
  • Paket Belajar, maksudnya pelaksanaan Bimbingan Karier, menggunakan lima Pendekatan Belajar yaitu:(a). Pemahaman diri, (b). Nilai-nilai, (c). Pemahaman lingkungan, (d). Hambatan dan cara mengatasinya, (e). Merencanakan masa depan.
  • Pengajaran Unit, setiap bidang studi memiliki suatu pokok bahasan yang berkaitan dengan suatu pekerjaan selama proses belajar hendaknya memberikan informasi yang berkaitan dengan suatu pekerjaan selama proses belajar memberikan informasi yang berkaitan dengan suatu pekerjaan sehubungan dengan dengan materi yang disampaikan.
  • Papan Buletin, maksudnya melalui papan buletin petugas BK memasang informsi. Informasi tentang berbagai jenis pekerjaan yang bahannya diambil dari guntingan. Tentang suatu pekerjaan,dan sebagainya.
  • Hari Karier, maksudnya kegiatan untuk mengisi hari-hari tertentu yang diisi dengan ceramah dari sumber tentang suatu pekerjaan.
  • Karya Wisata, maksudnya para siswa diajak berkunjung ketempat suatu pekerjaan untuk melihatdari dekat tentang suatu pekerjaan.
7. Hubungan Antara Hasil Bimbingan Karier Dengan Pengambilan Keputusan Dan  Lapangan Pekerjaan.
Para siswa yang melanjutkan pendidikannya, maupun yang langsung bekerja, tidak langsung demikian saja tetapi melalui suatu proses pengambilan keputusan mengenai suatu pekerjaan yang dipilihnya. Hal tersebut sangatlah kompleks dan memerlukan sebanyak-banyaknya informasi, pengetahuan,  pertimbangan,  dan didalamnya terkandung suatu harapan dan keyakinan atas apa yang di perbuat.

Hasil Bimbingan Karier merupakan salah satu input (sejumlah pengarahan informasi bagi siswa yang bersangkutan, terutama informasi tentang keadaan dirinya, pendidikan lanjutan dan lapangan pekerjaan, baik keputusan untuk melanjutkan pendidikan maupun keputusan memasuki lapangan pekerjaan. Kedua-duanya memerlukan pertimbangan lebih dahulu, terutama berkaitan dengan kemampuan diri (Keadaan diri) individu siswa yang bersangkutan.Bagi mereka yang lansung memilih lapangan pekerjaan akan menilai dirinya sendiri bidang pekerjaan apa yang cocok dengan dirinya. Bakat memberikan kecendrungan untuk memperoleh keberhasilan (Belajar / bekerja) dalam bidang tertentu. Minat memberikan kecendrungan senang atau tidak senang pada pelajaran / pekerjaan tertentu. Hal ini sangat penting untuk pengambilan keputusan tentang pekerjaan yang dicita-citakannya.
Dengan melihat kemungkinan-kemungkinan di atas maka terdapat empat jalur yang dapat ditempuh para siswa SMU/MA setelah menamatkan pendidikannya, yaitu:

a.   Para siswa yang lansung terjun ke Lapangan Kerja.
b.   Para siswa yang mengambil kursus / latihan / penataran sebelum bekerja.
c.   Para siswa yang memilih melanjutkan pendidikannya ke tingkat akademi / sarjana muda.
d.   Para siswa yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi jenjang strata satu / S1.

MODEL MODEL KONSELING

MODEL-MODEL KONSELING
KARAKTERISTIK KONSELING
• Proses bantuan (helping process)
• Interaksi/hubungan manusiawi  bersifat intelektual, emosional, perilaku
• memfasilitasi perkembangan/pemecahan masalah/pengambilan putusan
Batasan konseling sesuai dengan pendekatan/model masing-masing
BAGAIMANA MEMULAI KONSELING
Teori-Model
Praktik Falsafah Pribadi
Personal Counseling
PENTINGNYA TEORI DAN MODEL
• Mensistematikkan temuan-temuan
o fenomena kompleks  ditata sehingga dapat dianalisis,
o memperli¬hatkan kaitan hasil-hasil eksperimen/penelitian

membantu pemahaman,
(sejumlah besar fenomena diatur dalam suatu skema yang koheren)
• Melahirkan hipotesis-hipotesis
o teori sebagai pembangkit hipote¬sis penelitian.
o memberi arah di mana mencari jawaban atas per¬tanyaan.

menghemat usaha dalam penelitian
• Membuat prediksi
o perlihatkan apa yang mungkin ditemukan, bila dilakukan eksperi¬men/pengamatan.
• Memberikan penjelasan menjawab pertanyaan “mengapa”.
o Mengapa terjadi peristiwa-peristiwa tertentu, dan
o Mengapa manipulasi variabel menghasilkan perubahanh pada variabel lain.
Banyak ke¬jadian disebabkan faktor yg tidak diketahui dg sempurna.

dijelaskan secara teoretis.
TEORI
• sejumlah propo¬sisi yang terintegrasi secara sintaktik: ikuti aturan trt yg dpt menghu-bungkan secara logis proposisi satu dengan yang lain; juga pada data yang diamati
• untuk pre¬diksi & jelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati
MODEL
• struktur konseptual dalam suatu bidang
• Bimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain
• biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang
• mempunyai sifat “jika-maka”, dan terikat pada teori
VERIFIKASI TEORI/MODEL KONSELING
• Jelas, mudah difahami dan dikomunikasikan, konsepnya serasi
• Menyeluruh, jelaskan berbagai fenomena dalam berbagai situasi
• Membangkitkan riset
• Mengaitkan cara dengan hasil, kaitkan prosedur dan tujuan
• Berguna bagi praktisi
ORIENTASI TEORI/MODEL KONSELING
Afektif
Perilaku Kognitif
Berikut ini perkenalan singkat dengan dengan tiga model konseling yang mewakili corak afektif, kognitif, dan perilaku.
PERSON CENTERED (KONSELING BERPUSAT PRIBADI)
Model konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Konseling person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian diubah menjadi client-centered, dan terakhir person-centered. Didasarkan pada pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber daya konseli untuk menjadi sadar diri self-aware dan untuk pemecahan hambatan ke pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan konseli, bukan konselor, sebagai pusat konseling.
Falsafah dan Asumsi Dasar
Model ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia yang melihat orang memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi untuk berfungsi secara penuh (becoming fully functioning). Asumsi dasarnya adalah: dalam konteks suatu hubungan pribadi dengan kepedulian konselor, konseli mengalami perasaan yang sebelumnya ditolak atau disimpangkan dan peningkatan self-awareness. Konseli diberdayakan melalui partisipasi mereka dalam hubungan konseling. Mereka mewujudkan potensi mereka untuk tumbuh, utuh, spontan, dan diarahkan dari motivasi internal (inner-directedness).
Konsep utama
Setiap orang dapat mengarahkan hidup dirinya sendiri. Konseli mempunyai kapasitas untuk memecahkan permasalahan hidup secara efektif tanpa penafsiran dan arahan konselor ahli. Model ini memusatkan proses pada mengalami secara penuh momen saat ini, belajar untuk menerima dirinya, dan memutuskan cara untuk berubah. Ia memandang kesehatan mental sebagai sama dan sebangun antara apa yang orang inginkan untuk menjadi dan apa yang benar-benar terjadi.
Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling adalah menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, dapat menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan. Konseli cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.
Hubungan Konseling
Rogers menekankan sikap dan karakteristik pribadi konselor dan mutu dari hubungan konseli/konselor sebagai faktor penentu utama dari hasil konseling. Kualitas konselor yang menentukan hubungan meliputi keaslian/ketulusan (genuineness), kehangatan (warmth), empati yang akurat (accurate empathy), penerimaan dan penghormatan tanpa syarat terhadap konseli (unconditional acceptance of and respect), memberikan kebebasan (permis¬siveness), kepedulian (caring), dan mengkomunikasikan sikap itu semua kepada konseli. Melalui hubungan sedemikian itu, konseli dapat menerjemahkan belajarnya di dalam konseling ke hubungan di luar dengan orang lain.
Teknik dan Prosedur
Sebab model menekankan hubungan konseli-konselor, teknik-tekniknya terbatas. Teknik hanyalah sekunder dibandingkan sikap konselor. Model ini meminimalkan teknik-teknik direktif, penafsiran, tanya jawab, penyelidikan, diagnosis, dan pengumpulan sejarah. Proses lebih memaksimalkan mendengarkan dan mendengar aktip, pemantulan perasaan, dan klarifikasi. Keterlibatan penuh dari konselor sebagai pribadi dalam hubungan konseling lebih ditekankan.
Aplikasi
Model ini mempunyai lapangan aplikasi yang luas pada banyak situasi pribadi ke pribadi. Ia bermanfaat untuk konseling individu dan kelompok, PBM yang berpusat pada siswa, hubungan orang tua-anak, dan laboratorium pelatihan hubungan antarmanusia; dan utamanya cocok untuk tahap awal kerja intervensi krisis. Prinsip-prinsipnya telah diterapkan pada administrasi dan manajemen dan untuk bekerjasama dalam institusi dan sistem.
Kontribusi
Model ini menjadi salah satu dari yang pertama mematahkan konseling psikoanalisa tradisional, menekankan tanggung jawab dan peran aktip konseli, menghadirkan pandangan yang positif dan optimis dan memberikan perhatian akan kebutuhan untuk memperhitungkan aspek kedalaman pribadi dan pengalaman subjektif. Ia mengutamakan proses konseling yang berpusat pada hubungan dibandingkan mengutamakan teknik. Model ini memusatkan pada peran penting dari sikap konselor. Model telah menghasilkan banyak riset klinis baik dalam hal proses maupun hasil konseling, yang pada gilirannya telah mendorong pelahiran hipotesis-hipotesis tentatatif. Model ini juga telah diterapkan pada orang-orang dari budaya yang berbeda secara bersama-sama. Prinsip-prinsipnya bernilai dan bermanfaat diaplikasikan pada latar multibudaya.
Keterbatasan
Ada kemungkinan bahaya menjadi konselor yang melulu merefleksikan isi, ketika membawa sedikit kepribadiannya ke dalam hubungan konseling. Model terbatas dalam menggunakan bahasa nonverbal konseli. Sebagai suatu model ahistorik cenderung kurang memperhitungkan arti masa lampau. Sebagian dari keterbatasan yang utama tampak bukan karena teorinya tetapi karena beberapa kesalahpahaman konselor terhadap konsep dasar dan aplikasi praktis mereka yang dogmatis.

BK Pribadi Sosial | Materi Bimbingan Konseling


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Memahami Makna Bimbingan dan Konseling
Prayitno & Amti (2004) menyebut bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal,dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier.
SK Mendikbud No. 025/1995yang menyangkut bimbingan dan konseling menegasan istilah yang digunakan yaitu guru pembimbing, kegiatannya bertolak dari BK Pola-17, pelaksanaan kegiatan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis penilaian dan tindak lanjut. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di dalam dan di luar jam kerja. Upaya peningkatan profesionalisme guru pembimbing ditempuh melalui Musyawarah Guru Pembimbing.
B. Rasionel dan Urgensi Bimbingan dan Konseling
Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal menjelaskan bahwa:
1) Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah adalah upaya memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya.
2) Konseli sebagai individu yang sedang berkembang ke arah kematangan, untuk mencapai kematangan tersebut konseli memerlukan bimbingan karena masih kurang memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungan, juga pengalaman dalam menentukan arah hidupnya.
C. Arah Pelayanan Bimbingan Konseling Pribadi dan Sosial
Pelayanan Bimbingan dan Konseling diarahkan untuk memfasilitasi pengembangan siswa, secara individual, kelompok/klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi dan peluang yang dimiliki.
D. Standar Kompetensi Kemandirian Siswa
Standar Kompetensi Kemandirian melingkupi upaya pengembangan dan mewujudkan potensi diri siswa secara penuh dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. Serta upaya memfasilitasi perkembangan siswa.

E. Komplementasi Bimbingan dan Konseling dengan Pengembangan diri
Pengembangan diri adalah bagian dari KTSP yang dalam pelaksanaan pengembangan diri bukan sebagai mata pelajaran tetapi dapat dipadukan dengan mata pelajaran tertentu. Pengembangan diri hanya sebagian saja dari kegiatan konselor sekolah serta bukan menjadi tugas pokok konselor tetapi dimaknai sebagai tugas tambahan.


BAB II
TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Tujuan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Pribadi-Sosial Konseli
Dalam dokumen Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (DitJen PMPTK-Depdiknas, 2007) dirumuskan tujuan bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya di masa yang akan datang.
2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat dan lingkungan kerja.

B. Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek-Aspek Konseli
1. Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Pribadi-Sosial Konseli
Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli dirumuskan sebagai berikut:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara obektif
5) Memiliki sikap positif
6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
7) Bersikap respek terhadap orang lain
8) Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial
10) Memiliki kemampuan menyelesaikan konflik
11) Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara efektif
2 Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Akademik/Belajar Konseli
Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek akademik/belajar konseli dirumuskan sebagai berikut:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri
2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar positif
3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat
4) Memiliki keterampilan belajar efektif
5) Memiliki keterampilan menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
6) Memiliki kesiapan mental dan mampu menghadapi ujian
3. Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Aspek Karier Konseli
Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek karier konseli dirumuskan sebagai berikut:
1) Memiliki Pemahaman diri yang terkait dengan pekerjaan
2) Memiliki pengetahuan dan informasi mengenai dunia kerja
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja
4) Memahami relevansi kompetensi belajar dengan syarat keahlian
5) Memiliki kemampuan membentuk identitas karier
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan

C. Implementasi Tujuan Bimbingan dan Konseling melalui Penelitian pada Populasi Siswa
Bimbingan sosial-pribadi bagi Anak Berbakat Akademik (ABA), dengan subjek SMAN 3 Bandung, SMAN 1, 3 dan 8 Yogyakarta. Studi ini berimplikasi siswa dipandang memiliki kebutuhan unik daripada individu bermasalah. Model bimbingan perkembangan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kecakapan sosial-pribadi ABA.
Selanjutnya program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat di SMA N 2 Tangerang. Program bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa mengatasi masalah perkembangan seksualitasnya, membimbing siswa belajar memahami dan mengelola dorongan seksual secara sehat.
Bimbingan pribadi-sosial khusus untuk siswa kelas unggulan di SMA N 1 Soreang. Tidak ada perbedaan nyata antara masalah emosi-sosial siswa kelas unggulan berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Permasalahan labeling merupakan kunci masalah aspek sosial sekaligus emosi siswa kelas unggulan.
 BAB III
KOMPONEN PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONELING

Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu:
1. Pelayanan Dasar Bimbingan
2. Pelayanan Responsif
3. Perencanaan Individual
4. Dukungan Sistem

1. Pelayanan Dasar Bimbingan
1.1. Pengertian Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar yaitu proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan konseli memilih dan mengambil keputusan.

1.2. Tujuan Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar bertujuan membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang normal, mental yang sehat dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, agar konseli dapat mencapai tugas perkembangannya.

1.3. Fokus Perkembangan
Fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier.

1.4. Strategi Implementasi Program Pelayanan Dasar
Strategi Implementasi Program Pelayanan Dasar diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bimbingan Kelas
Kegiatan bimbingan kelas ini berupa diskusi kelas atau brainstorming.
b. Pelayanan Orientasi
Kegiatan yang memungkinkan siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama lingkungan sekolah. Biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru.
c. Pelayanan Informasi
Pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermafaat bagi siswa melalui komunikasi.
d. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok kecil, topik yang didiskusikan adalah masalah umum.
e. Pelayanan Pengumpulan Data
Mengumpulkan data pribadi siswa dan lingkungan siswa.

2. Pelayanan Responsif
2.1. Pengertian Pelayanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan bantuan kepada konseli yang berkebutuhan dan bermasalah yang perlu pertolongan segera.

2.2. Tujuan Pelayanan Responsif
Tujuan dari pelayanan responsif yaitu membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas perkembangannya.

2.3. Fokus Perkembangan Pelayanan Responsif
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang kemungkinan dialami konseli yaitu:
a. Merasa cemas tentang masa depan
b. Merasa rendah diri
c. Berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan)
d. Membolos
e. Malas belajar
f. Kurang dapat bergaul
g. Prestasi belajar rendah
h. Malas beribadah
i. Masalah pergaulan bebas, tawuran
j. Pengelolaan stres
k. Masalah dalam keluarga
2.4. Strategi Implementasi Program Pelayanan Responsif
Strategi implementasi program pelayanan responsif diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Konseling Individual dan Kelompok
2) Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
3) Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
4) Kolaborasi dengan Orangtua Siswa
5) Kolaborasi dengan pihak terkait di luar Sekolah atau Madrasah
6) Konsultasi
7) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
8) Konferensi Kasus
9) Kunjungan Rumah

3. Perencanaan Individual
3.1. Pengertian Perencanaan Individual
Perencanaan individual merupakan bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman dirinya.

3.2. Tujuan Perencanaan Individual
Tujuan perencanaan individual dirumuskan sebagai upaya memfasilitsi konseli untuk merencanakan, memantau, mengelola rencana pendidikan, karier dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Pelayanan yag diberikan bersifat individual.

3.3. Fokus Pengembangan Perencanaan Individual
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan perkembangan aspek akademik, karier dan pribadi-sosial.

3.4. Strategi Implementasi Program Pelayanan Responsif
Di dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (DitJen PMPTK-Depdiknas, 2007) Strategi Implementasi Program Perencanaan Individual dikemukakan sebagai berikut: konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya.

4. Dukungan Sistem
Ketiga komponen seperti pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsive dan perencanaan individual merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur misalnya: Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta pengembangan kemampuan professional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberi bantuan atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli. Dukungan sistem ini meliputi aspek: pengembangan jejaring/networking, kegiatan manajemen, riset dan pengembangan.

4.1. Pengembangan Jejaring/Networking
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yaitu:
1) Konsultasi dengan guru-guru.
2) Menyelenggarakan program kerjasama dengan orangtua atau masyarakat.
3) Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan Sekolah/Madrasah.
4) Bekerjasama dengan personel sekolah lainya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan konseli.
5) Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling.
6) Melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling.

4.2. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan upaya untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melaui kegiatan: pengembangan program, pengembangan staf, pemanfaatan sumberdaya dan pengembangan penataan kebijakan yang dirinci berikut; pengembangan profesioanlisme, pemberian konsultasi dan berkolaborasi dan manajemen program.


5. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling
Penyusunan program bimbingan dan konseling di Sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, meliputi:
1) Asesmen lingkungan.
2) Asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik.

Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Dalam merumuskan program, struktur dan isi/materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil penilaian kebutuhan di masing-masing Sekolah/Madrasah.
1) Rasional
2) Visi dan Misi
3) Deskripsi Kebutuhan
4) Tujuan
5) Komponen Program
6) Rencana Operasional (Action Plan).



Pengertian Dan Tujuan Bimbingan Konseling Kelompok

Pengertian bimbingan kelompok menurut para ahli dan tahapan dalam layanan bmbingan kelompok yaitu
Pengertian bimbingan kelompok menurut para ahli
  • Menurut Prayitno ( 1995 : 62 ) menyatakan Bimbingan kelompok berarti memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu melalui kelompok.
  • Menurut W.S.Winkel dan M.M. Sri Hastuti. (2004:111). Bimbingan kelompok dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang. Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan Konseling (konseling kelompok), dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan karier kepada siswa-siswi yang tergabung dalam satu kesatuan kelas di SMA. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.
    Jadi dapat disimpulkan kegiatan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sejumlah individu dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk membahas topik tertentu  yang dipimpin oleh pemimpin kelompok bertujuan menunjang pemahaman, pengembangan dan pertimbangan pengambilan keputusan/ tindakan individu.
  • Menurut Dewa Ketut Sukardi (2002 :48),bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
  • Menurut Prof. Mungin (2005 : 17) menyatakan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok di mana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
  • Menurut Juntika (2003 : 31),bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
Sedangkan pengertian konseling kelompok yaitu :
  •  Menurut Prayitno (2004) layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
  • Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003) konseling kelompok merupakan konseling yang di selenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang  bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
  • Menurut Winkel (2007) konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
  • Menurut Gazda (1989) dalam Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang memusatkan diri pada pikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi seperti sikap permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling pengertian, saling menerima dan membantu.
  • Menurut Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah.
Dari uraian-uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwasannya konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang di selenggarakan dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini merupakan upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Tujuan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Tujuan Bimbingan Kelompok
  •  Tujuan Umum
 Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi perserta layanan (siswa).
  • Tujuan Khusus
Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para siswa.
Menurut Prayitno (1995 : 70) tujuan yang ingin dicapai dalam bimbingan kelompok yaitu penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas, pengembangan pribadi, dan pembahasan masalah atau topik-topik umum secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi para anggota kelompok
Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:17).Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk memberi informasi dan data untuk mempermudah pembuatan keputusan dan tingkah laku.
Tujuan Konseling Kelompok
1. Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2002:49).Tujuan konseling kelompok meliputi:
  • Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak
  • Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya
  • Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok
  • Mengentaskan permasalahan – permasalahan kelompok.
2. Menurut Prayitno, (1997:80). Konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
3. Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain.



Pengertian BK Kelompok
Materi Bimbingan Konseling
BK KELUARGA
RESUME BUKU KONSELING KELUARGA
PROF. DR. H. SOFYAN S. WILIS
BAB I LATAR BELAKANG KEHIDUPAN KELUARGA
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari sistem nilai yang ada di masyarakat tertentu. Sistem nilai menentukan perilaku anggota masyarakat. Berbagai sistem nilai ada di masyarakat yaitu: a) nilai agama saat ini degradasi terhadap agama sangat terasas sekali, semua agama merasakan bahwa kebanyakan umatnya kurang setia pada agama yang dianutnya. b) degradasi nilai adat istiadat, yang sering disebut tata susila atau kesopanan, hal ini dapat dibuktikan pada perilaku anak-anak, remaja saat ini. c) degradasi nilai-nilai sosial, sebagaimana kita saksikan saat ini, masyrakat sangat individualis mementingkan diri sendiri dalam segala hal, enggan berbagi harta, pikiran ,saran dan pendapat, tidak mau bergaul terutama dengan orang rendahan, memutusan tali silaturrahmi terutama dengan keluarga. d) degradasi kesakralan keluarga, seperti yang kita lihat saat ini banyak sekali kekisruhan keluarga, banyak sekali kasus suami membunuh istrinya, dan sebaliknya, ayah membunuh anaknya dan sebaliknya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga modern mempunyai ciri utama kemajuan dan perkembangan di bidang pendidikan, ekonomi dan pergaulan. Kebanyakan keluarga modern berada di perkotaan, mungkin juga ada keluarga modern tinggal di pedesaan, akan tetapi jarang berinteraksi dengan masyrakat pedesaan. Kelengkapan alat transportasi dan komunikasi memungkinkan mereka cepat berinteraksi di kota yaitu dengan keluarga lainnya. Namun dibalik semua itu, terdapat krisis keluarga, artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya terutama remaja. Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab terjadinya krisis keluarga yaitu: kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga terutama ayah dan ibu, sikap egosentrisme, masalah ekonomi, masalah kesibukan, masalah pendidikan, masalah perselingkuhan, jauh dari agma.
Dari sekian banyak masalah keluarga yang telah disebutkan di atas, pasti ada jalan keluar untuk penyelesaian. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah keluarga dengan cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau dengancara kasih sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikan krisis keluarga terutama yang berhubungan dengan masalah anak dan istri. Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga (family conseling). Cara ini adalah yang telah dilakukan oleh para ahli konseling diseluruh dunia. Ada dua pendekatan dilakukan dalam hal ini: 1). Pendekatan individual atau juga disebut konseling individual yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien. 2). Pendekatan kelompok (family conseling). Yaitu diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
BAB II SEJARAH KONSELING KELUARGA
 Sejarah perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1919 yakni sesudah perang dunia I , Magnus Hirschfeld mendirikan klinik pertama untuk pemberian informasi dan nasehat tentang masalah seks di Berlin Institut For sexual science. Pusat informasi dan advis yang sama didirikan pula di Vienna pada tahun 1922 0leh Karl Kautsky dan kemudian pusat lain didirikan lagi di Berlin pada tahun 1924. Di Amerika Serikat  ada dua penentu yang masing-masing berkaitan dalam perkembangan gerakannya yaitu: 1). Adanya perkembangan pendidikan keluarga yang diusahakan secara akademik, dan kemudian menjadi pendidikan orang dewasa. 2). Munculnya konseling perkawinan dan keluarga terutama dalam masalah-masalah hubungan diantara anggota keluarga (suami, istri dan anak-anak) dalam konteks kemasyrakatan. Tokoh yang ulung dalam bidang pendidikan kehidupan perkawinan dan keluarga pada awal sejarah masa lalu adalah Ernest Rutherford Gover (1877-1948).
Perbedaan yang mencolok antara konseling Amerika Serikat dan Eropa adalah: Amerika Serikat telah berorientasi teoritis (academic setting) misalnya dengan menganut aliran-aliran psikologi terkenal, sedangkan Eropa hanya berawal dari praktisi (para dokter terutama dokter kandungan) tanpa memikirkan aspek teoritisnya. Sedangkan istilah family conseling (konseling keluarga) sama dengan family therapy, dimana yang terakhir itu lebih populer di AS. Pada masa perkembangan selanjutnya, konseling keluarga lebih banyak digarap oleh para terapis dibidang psikiatri. Sebelumnya di AS lebih terkenal istilah family conseling (konseling keluarga). Karena pelopornya adalah para psikolog  seperti Grover.
Perkembangan konseling keluarga di Indonesia sendiri tertimbun oleh maraknya perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling (BK) di sekolah pada masa tahun 60-an bahkan sampai pada saat ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan, karena banyak sekali masalah-masalah siswa, seperti kesulitan belajr, penyesuaian sosial, dan masalah perilaku siswa yang tidak dapat dipecahkan oleh guru biasa. Jadi diperlukan guru BK untuk membantu siswa. Namun sejak awal, lulusan BK ini memang sangat sedikit, sehingga sekolah mengambil kebijakan menjadikan guru biasa merangkap BK. Hal ini telah mencemarkan nama BK karena banyak perlakuan “guru BK” yang tidak sesuai denga prinsip-prinsip BK, seperti memarahi siswa, bahkan ada yang memukul. Mengenai kasus keluarga, banyak juga ditemukan di sekolah seperti siswa yang menyendiri, dan suka bermenung. Dan memang belakngan diketahui ternyata keluarganya berantakan, misalnya ayah ibu bertengkar dan bercerai.
Dalam proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi orientasi: 1) orientasi praktis, yaitu kebenaran tentang perilaku tertentu diperoleh dari pelaksanaan proses konseling di lapangan. Gaya kepribadian konselor praktis dengan gaya konduktor, kepribadiannya hebat, giat, dapat menguasai audence sehingga mereka terpana. Selamjutnya dengan gaya reaktor, yaitu kepribadian konselornya cenderung tidak menguasai, menggunakan taktik secara dinamika kelompok dikeluarga. 2) orientasi teoritis, cara yang ditempuh adalah dengan mengadakan penelitian.
Selanjutnya pengelompokan konselor, yaitu terdapat dua (A-Z) 1) pengelompokan konselor (A) menurut Guerin 1976, dalam praktiknya, sering memandu anggota keluarga kearah diskusi-diskusi tentang pengalaman, waktu, ruang dalam sesi-sesi terapi. 2) kelompok (Z) yang berorientasi pada sistem. Guerin 1976 ia mengamati bahwa ada tiga parameter penting dalam konseling keluarga model Z ini. a) fokus terapetik yaitu gejala atau pertumbuhan; b) derajat optimisme untuk melunakan perilaku manusia; c) tipe pendidikan yang ditekankan.
Perkembangan konseling keluarga selanjutnya. Dimulai dari tahub 80-an ditandai dengan adanya pengorganisasian dalam konseling keluarga dan bermunculannya literatur yang makin banyak  dalam bidang tersebut. Susan Jones dalam bukunya “family Therapy” menggunakan perbandingan-perbandingan pendekatan dalam konseling keluarga yaitu:
  1. Integratif (Ackerman)
  2. Psikoanalitik (Farmo, Steirlin, Grotjan)
  3. Bowenian (Bowen)
  4. Struktural (Minuchin)
  5. Interaksional (Jackson, Watslawick, Haley, Satir)
  6. Social Network (Speck, Attinev, Rueveni)
  7. Behavioral (Patterson).
BAB III KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN SISTEM
  • Perspktif Sistem dalam Keluarga
Menurut teori sistem ada dua perspektif yaitu sistem tertutup, (closed system) dan sistem terbuka, (open system). Sistem tertutup adalah suatu sistem yang tidak terpengaruh oleh dunia luer. Demikian pula ia tidak bisa mempengaruhi dunia luar, misalnya sistem mesin mobil, motor mesin kereta api, dan sebagainya. Sedangkan sistem terbuka adalah suatu sistem yang dapat dipengaruhi oleh dunia luar . sebaliknya mungkin saja dia dapat mempengaruhi dunia luar tersebut. Sebagai contoh sistem keluarga, sekolah/universitas, departemen dan sebagainya.
  • Konseling Struktural Keluarga
Teori dan teknik konseling keluarga struktural ini dikembangkan akhir tahun 1976 oleh Minuchin. Praktek konseling keluarga struktural berdasarkan konsep-konsep kunci yaitu:
  1. Keluarga sebagai sistem manusia yang mendasar, dan alternatif-alternatif yang tersedia.
  2. Nilai fleksibilitas sistem dan kjapasitasnya untuk perluasan dan restrukturing (pengstrukturan kembali) seperti dengan mengubah aliansi, koalisi sistem dan subsistem dalam berespon terhadap perubahan keadaan.
  3. Menguji daya resonansi (keadaan respon) sistem keluarga, kesensitifan terhadap aksi anggota lain. Perilaku anggota keluarga bergerak dari amat sensitif/mencurigai/mengawasi hingga membiarkan saja (mas bodoh) dengan kasi (perkataan, perbuatan, kecemasan, keluhan dan lain-lai) anggota keluarga.
  4. Meninjau suasana kehidupan keluarga, menganalisis faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor yang menimbulkan stres dalam ekologi keluarga.
  5. Menguji tahap perkembangan keluarga dan penampilan keluarga dalam melakukantugas sesuai dengan tahap tersebut (misalnya: tugas anak umur 12 tahun tugas perkembangannya bagaimana seharusnya; tetapi kenyataannya tugas itu mundur atau terlalu maju).
BAB IV MEMAHAMI KONSELING KELUARGA
  • Latar  Belakang Konseling Keluarga
  1. Perubahan Kehidupan Keluarga
Dengan berakhirnya perangb dunia II maka terjadilah perubahan dalam sosio-kultur dalam masyrakat AS. Pengaruh tersebut menggejala pula terhadap keluarga, dan anggota-anggotanya. Sehubungan dengan hal tersebut, keluarga mendapat tangtangan dan tekanan dari luar dan dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus tetap bertahan. Kemajuan disegala bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa pula dampaknya terhadap keluarga di Indonesia khususnya di kota-kota.
  1. Keluarga Pecah (Broken Home)
Yang dimaksud keluarga pecah (broken home) dapat dilihat dari dua aspek: 1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh, karena meninggal dunia, atau bercerai. 2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu jarang ada di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi.
  1. Kasus Siswa di Sekolah
Banyak kasus siswa di sekolah yang bersumber dari keadaan keluarganya, misalnya keluarga krisis. Biasanya jika ternyata memang kasus itu berkaitan erat dengan masalah keluarga, maka guru pembimbing (GP) akan berusahamelakukan kunjungan rumah (home visit).
  1. Konseling Keluarga dan Sekolah
Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem yang amat penting didalam kehidupan anak dan remaja. Keluarga berperan utama adalam mempengaruhi anak-anak dalam proses perkembangan dan sosialisasinya. Kemudian sekolah tidak hanya mengembangkan keterampilan kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan perilaku emosional dan sosial. Untuk selanjutnya anak dipengaruhi oleh dua sistem itu.
  • Pengertian Konseling Keluarga
Family Conseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.
BAB V TEORI-TEORI KONSELING
  • Pendekatan Psikoanalisis
Sigmund Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam kesadaran dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut, sedanhkan sebagian besar gunumg es yang terbenam itu adalah alam ketaksadaran manusia. Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id, ego dan super ego.
  1. Tujuan dan Proses Konseling
Tujuan konseling aliran psikoanalisis adalh untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadri menjadi sadar kembali. Proses konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar klien dapat menghayati, memhami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama masa usia 2-5 tahun.
  1. Teknik Konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu: 1) Asosiasi bebas, yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pemikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarng ini sehingga klien mudah mengungkapkan masa lalunya. 2) interpretasi, teknik yang digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi klien. 3) analisis mimpi, yaitu teknik  untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. 4) analisis resistensi, ditujukan untuk menyadarkan meminta perhatian klien untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi. 5) analisis transferensi, konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neorosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama dalam hidupnya.
  • Terapi Terpusat pada Klien (Client-Centered Therapy)
Client-Centered Therapy sering juga disebut terapi non-directive adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar tercipta gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
Proses dan Teknik Konseling
Berikut ini adalah tahapan-tahapan konseling terapi terpusat pada klien
  1. Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri
  2. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien untuk itu konselor menyadarkan klien.
  3. Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukaan prasaannya.
  4. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.
  5. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
  6. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan).
  7. Klien merealisasikan pilihannya itu.
Implementsi teknik konseling didasri oleh faham filsafat dan sikap konselor tersebut. Karena itu penggunaan teknik seperti pertanyaan, memberanikan, interpretasi, dan sugesti dipakai dalam frekuensi rendah. Yang lebih utama adalah pemakaian teknik konseling bervariasi dengan tujuan pelaksanaan filosofi dan sikap. Karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan, dan konsisten, memahami secara empati, memberi penilaian kepada klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
  • Terapi Gestal
Terapi ini dikembangkan oleh Federick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran yakni psikoanalisa, penomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi gestal Menurut Parls individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau organ-organ semata. Individu yang sehat adalah yang seimbang antra ikatan organisme dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar terapi gestal.
  • Terapi Behavioral
Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan Skinnerian. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi treatment neurosis. Kontribusi terbesar dari konseling behavioral (perilaku) adalah diperkenalkannya metode ilmiah dibidang psikoterapi. Yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.
  1. Tujuan Terapi Behavioral
Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Selain itu, tujuan terapi behavioral untuk memperoleh perilaku baru, mengeleminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
  1. Teknik konseling Behavioral
  2. Teknik desensitisasi Sistematik. Teknik ini bermaksud mengajar klien untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien.
  3. Teknik Asertive training. Teknik ini menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang sesuai dalam menyatakannya. Pelaksanaan teknik ini ialah dengan role playing (bermain peran).
  4. Aversion therapi. Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku positif.
  5. Home-work. Yaitu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. Caranya adalah dengan memberi tugas rumah untuk satu minggu.
  • Logotherapy Frankl
Tujuan dari terapi logo ialah agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dari kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Ada pu teknik konseling logo, masih menginduk kepada aliran psikoanalisis, akan tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai teknik konselingnya, menggunakan semua teknik yang sekiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi.
  • Rational Emotiv Therapy (RET)
Teori ini dikembangkan seorang eksitensialis Albert Ellis 1962. Teori ini memandang bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti, manusia bebas, berpikir, bernafsu, dan berkehendak. RET menolak aliran psikoanalisis dengan mengatakan bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran-pikiran seorang yang bersifat irasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
  1. Tujuan dan Proses Terapi
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, presepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Adapun proses konselingnya adalah:
  1. Konselor menunjukan kepada klien bahwa kesulitanyang dihadapinya perhubungan dengan keyakinan irasional dan menunjukan bagaimana klien harus bersikap rasional.
  2. Setelah klien menyadari gangguan emosional yang bersumber dari pemikiran irasional, maka konselor menunjukan pemikiran klien yang irasional.
  3. Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
  4. Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupan rasional dan menolak kehidupan yang irasional dan fiktif.
  5. Teknik Konseling
Layanan konseling RET terdiri atas layanan individu dan kelompok. Sedangkan teknik-teknik yang digunakan lebih banyak dari RET adalah: asertive training, (melatih dan membiasakan), sosiodrama (sandiwara pendek tentang kehidupan), self modeling (konselor menjadi model dan klien berjanji akan mengikuti), teknik reinforcement (memberi reward), social modeling, desensitisasi sistimatik, relaxatation, self-control, diskusi, simulasi, homework assignment, dan bibligrafi (memberi bahan bacaan).
BAB VI APLIKASI TEORI-TEORI KONSELING
Aplikasi teori-teori konseling pada praktek konseling keluarga adalah suatu keharusan. Akan tetapi konselor sering merasa kesulitan dalam aplikasi tersebut dengan single theory. Karena perilaku manusia tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja. Jadi harus disorot dari segala arah. Karena itu menggunakan multi theory adalah hal yang wajar dalam mempelajari atau mengamati perilaku manusia, terutama dalam praktek konseling.
  • Pendekatan Terpusat Pada Klien
Roger menekankan bahwa klien secara individual dalam keanggotaan kelompok akan mencapai kepercayaan diri, dimana dia mengatakan bahwa anggota-anggota keluarga dapat mempercayai dirinya. Hal ini bisa terjadi jika kondisi-kondisi ada yakni: kejujuran, keaslian, memahami, menjaga, menerima, menghargai secara positif dan belajar aktif. Dalam konseling keluarga, fungsi konselor adalah sebagai fasilitator, yaitu untuk memudahkan membuka dan mengarahkan jalur-jalur komunikasi apabila ternyata dalam kehidupan keluarga tersebut pola-pola komunikasi telah berantakan bahkan terputus sama sekali.
Seorang konselor amat menentukan terhadap keterbukaan anggota keluarga dalam setiap sesi. Konselor tidak melakukan pendekatan terhadap anggota keluarga sebagai seorang pakar yang akan menerangkan rencana treatmentnya. Akan tetapi ia berusaha untuk menggali sumber yang ada didalam keluarga itu yaitu bahwa anggota keluarga mempunyai potensi untuk berkembang untuk digunakan memecahkan masalah individu atau keluarga. Dan esensinya bahwa anggota keluarga adalah arsitek bagi dirinya sendiri. Konselor memperhatikan rerpek (rasa hormat) yang tinggi bagi potensi keluarga yang digunakan untuk menentukan dirinya sendiri. Dengan demikian, konseling keluarga adalah proses menganyam dari semua anggota keluarga untul tumbuh dab menemukan dirinya sendiri.
  • Pendekatan Eksistensi Dalam Konseling Keluarga
Di dalam konseling eksistensial, aspek-aspek seperti membuat pilihan-pilihan, menerima tanggung  jawab secara bebas, penggunaan kreatif terhadap kecemasan, dan penelitian terhadap makna dan nilai, adalah merupakan hal-hal yang mendasar dalam situasi terapetik dalam konseling keluarga. Dalam prinsip eksistensialis yang digunakan pada konseling keluarga, menggunakan metode-metode kognitif, behavioral dan berorientasi kepada perbuatan. Asumsi dasar dari keluarga adalah bahwa anggota keluarga membentuk nasibnya melalui pilihan-pilihan yang dibuatnya sendiri. Kelabunya kehidupan keluarga tidak lain adalah karena berkurangnya kemauan para anggota untuk mengalami, merasakan pandangan dunia pribadi anggota keluarga yang lain. Aah yang kita kejar dalam konseling keluarga ialah terjadinya anggota keluarga memutuskan untuk mengubah struktur kehidupan keluarga yang sesuai denga visi mereka sendiri.
  • Konseling Keluarga Pendekatan Gestal
Teori gestal memberikan perhatian kepada apa yang dikatakan anggota keluarga, bagaimana mereka mengatakannya, apa yang terjadi ketika mereka berkata itu, bagaimana ucapan-ucapannya jika dihubungkan dengan perbuatannya, dan apakah mereka berusaha untuk menyelesaikan perbuatannya. Yang lebih ditekankan lagi dalam pendekatan ini ialah keterlibatan konselor dalam keluarga. Karena itu, yang terpenting bagi konselor adalah mendengarkan suara dan emosi mereka. Konselor melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai orang yang dipercaya dalam  perjumpaan antara sesama. Konselor membawa kepribadian, reaksi dan pengalaman hidupnya kedalam perjumpaan konseling keluarga. Konselor akrab dengan mereka dan berusaha memahami dan merasakan isi hati mereka. Konseling yang jujur, asli akan terjadi jika individu-individu yang terlibat didalamnya giat berusaha untuk menempatkan diri sebagaimana adanya dan memahami orang lain sebagaimana adanya pula.
  • Pendekatan Konseling Keluarga Menurut Aliran Adler
Adler beranggapan bahwa problem seseorang pada hakekatnya adalah bersifat sosial, karena itu diberi kepentingan yang besar terhadap hubungan-hubungan antara manusia, yang terjadi sebagai dinamika psikis dari individu-individu yang biasanya merupakan kasus dalam keluarga. Tujuan dasar dari pendekatan ini adalah untuk mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan meningkatkan hubungan di dalam keluarga. Salah satu asumsi terpenting adalah bahwa konseling keluarga harus diikuti secara suka rela oleh anggota keluarga. Anggota keluarga bagaimana memfokuskan isu-isu yang merebak dalam keluarga dan bagaimana mencapai persetujuan-persetujuan baru atau membuat usaha kompromi dan serta aktif berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang baik. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalamteori ini yaitu: (inteview awal) konselor membantu mendiagnosis, (rolre playing) bermain peran, (interpretasi) penafsiran.
  • Pendekatan Transaksional Analysis (TA) dalam Konseling Keluarga
Tujuan dasar dari konseling keluarga (TA) ialah bekerja dengan struktur kontrak yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap konselor. Adapun tahapan-tahapan konselingnya yaitu:
  1. Tahap Awal, fokus konseling adalah pada dinamika keluarga sebagai suatu sistem. Konselor menerangkan kepada anggota keluarga bagaimana suatu individu muncul dan mempengaruhi anggota lain dalam suatu unit keluarga.
  2. Tahap Kedua, terjadinya proses terapetik dengan setiap anggota keluarga. Di sini akan terlihat dinamika individu dalam proses konseling. Jika masing-masing anggota keluarga telah memahami dinamika hubungan antara mereka, maka fokus kita sekarang adalah terhadap keluarga sebagai suatu unit.
  3. Tahap Ketiga, tujuan kita disini adalah mengadakan reintegrasi terhadap keseluruhan keluarga. Tujuan yang akan dicapai adalah berfungsinya anggota-anggota keluarga baik secara independen maupun interdependen sehingga setiap anggota menjadi mampu berdiri sendiri dan dapat hidup sehat dalam keluarga.
  • Aplikasi Konsep-konsep Psikoanalitik
Aliran psikoanalitik dalam konseling keluarga member penjelasan tentang latar belakang kehidupan keluarga sebagai pemahaman terhadap pola-pola intrapsikik yang terbuka dalam konseling keluarga. Konsep psikoanalitik mengajarkan konaselor  untuk memahami ketakberfungsian pola-pola keluarga yang telah menyebabkan isu-isu pribadi yang tak terpecahkan diantara ayah, ibu dan anak gadisnya. Tangtangan tebesar dari konselor ialah untuk membantu anggota keluarga agar menyadari keadaannya dan mengambil tanggung jawab dalam menanggulangi proyeksi dan trasferensinya dan memahami bahwa masalah keluarga masih berlarut-larut seandainya mereka terus menerus berorientasi secara tak sadar kepada kehidupan masa lalunya. Pendekatan ini menunjukan bahwa suatu kekuatan yang ditempuh untuk memecahkan masalh keluarga sebagai suatu sistem dengan mencapai perubahan struktur kepribadian  kedua orang  tua.
  • Konseling Keluarga Rational Emotive
Tujuan dari rational-emotive therapy (RET) dalam konseling keluarga pada dasrnya sama dengan yang berlaku dalam konseling individual atau kelompok. Anggota keluarga dibantu untuk melihat bahwa mereka bertanggung jawab dalam membuat gangguan bagi diri mereka sendiri melalui perilaku anggota lain secara serius. Mereka didorong untuk mempertimbangkan bagaimana akibat perilakunya, pikirannya, emosinya  telah membuat orang lain dalam keluarga menirunya. Konseling keluarga (RET) mengajarkan anggota keluarga untuk bertanggung jawab terhadap perbuatanya dan berusaha mengubah reaksinya terhadap situasi keluarga.
  • Aplikasi Teori Behavioral dalam Konseling Keluarga
Konselor-konselor behavioral telah memperluas prinsip-prinsip teori belajar sosial (social learning theory) terhadap konseling keluarga. Mereka mengemukakan bahwa prosedur-prosedur belajar yang telah digunakan untuk mengubah perilaku, dapat diaplikasikan untuk  mengubah perilaku yang bermasalah di dalam suatu keluarga. Ciri utama dari aplikasi behavioral terhadap konseling keluarga menurut Liberman (1981) mengungkakpkan tiga bidang kepedulian teknis bagi konselor: (1) kreasi dari gabungan terapetik yang positif, (2) membuat analisa fungsional terhadap masalah-masalah dalam keluarga dan (3) implementasi prinsip-prinsip behavioral yakni reinforcement dan modeling di dalam konteks interaksi di dalam keluarga. Dengan menggunakan peranan gabungan terapetik (Role Of Therapeutic Alliance), penilaian keluarga dan selanjutnya melaksanakan strategi behavioral.
  • Konsep-konsep Logotherapy Dalam Konseling Keluarga
Konsep-konsep logotherapy populer setelah keluar tulisan Frankl dalam bukunya: “Man’s Search for Meaning” tahun1962. Logotherapy bertujuan agar klien yang menghadapi masalah dapat menemukan makna dari penderitaannya dan juga makna mengenai kehidupan dan cinta. Di dalam konseling keluarga, konselor sebaiknya mengusahakan agar anggota keluarga menemukan makna yang baik baginya dalam hubungan interpersonal. Konselor memberikan kesempatan kepada anggota keluarga berdiskusi satu sama lain tentang problem mereka, kemudian dibantu menemukan makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut memberikan dorongan semangat hidup klien ke arah positif.
BAB VII PROSES DAN TAHAPAN KONSELING KELUARGA
Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh berbagai faktor seperti jumlah kliennya (anggota keluarga) lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga amat beragam dan bersifat emosional, dan konselor harus melibatkan diri (partisipan penuh) dalam dinamika konseling keluarga. Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam konseling keluarga yaitu:
  1. Relasi seorang konselor dengan klien
  2. Relasi satu klien dengan klien lainnya
  3. Relasi konselor dengan sebagaimana kelompoks
  4. Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga dan
  5. Relasi antar sebagaimana kelompok  dengan sebagaimana kelompok anggota lain, misalnya ibu memihak anak laki-laki dan ayah memihak anak perempuan.
Di dalam konseling keluarga konseor diharapkan mempunyai kemampuan profesional untuk mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas emosional dan kepribadianya. Konseor yang profesional  mempunyai karalteristik yaiti: (a) ilmu konseling dan ilmu lain yang berkaitan dengan berwawasan. (b) keterampilan konseling, (c) kepribadian konselor yang terbuka, menerima apa adanya dan ceria.
Secara umum proses konseling berjalan menurut tahapan berikut:
  1. Pengembangan Rapport
Hubungan konseling pada tahap awal seharusnya  diupayakan pengembangan rapport yang merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan diri klien. Upaya-upaya tersebut ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni: kontak mata, perilaku non verbal (perilaku attending, bersahabat/akrab, hangat, luwes, keramahan, senyum, menerima, jujur/asli, penuh perhatian), bahasa lisan, atau verbal (sapaan sesuai dengan teknik-teknik konseling), seperti ramah menyapa, senyum dan bahasa lisan yang halus.
  1. Pengembangan Apresiasi Emosional
Jika semua anggota keluarga yang sedang mengikuti anggota keluarga semua terlibat, maka akan terjadi interaksi yang dinamik diantara mereka, serta memiliki keinginan yang kuat untuk memecahkan masalah meraka dan merek mampu saling menghargai perasaan masing-masing. Ada dua teknik konseling keluarga yang efektif yaitu sculpting dan role playing kedua teknik ini memberikan peluang bagi pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan terhadap luapan emosi masing-masing anggota keluarga.
  1. Pengembangan Alternatif  Modus Perilaku
Pada pengembangan alternatif  ini yaitu mempraktikan temuan baru dari semua anggota keluarga, yang bisa dijadikan alternatif perilaku yang baru di keluarga. Aplikasi perilaku tersebut dilakukan melalui praktek di rumah. Mungkin konselor memberi suatu daftar perilaku baru yang akan dipraktikan selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling keluarga berikutnya. Tugas ini juga sering disebut home assignment (pekerjaan rumah).
  1. Fase Membina Hubungan Konseling
Fase ini amat penting di dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling yang dilakukan dari tahap awal dan tahap berikutnya. Secara berurutan, proses hubungan konseling dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) konseli memasuki ruang konseling, kemudian konselor mempersiapkan klien supaya siap dibimbing. (2) tahap klarifikasi, klien mengungkapkan alasan kedatangannya, sebelum klien mengungkapkan harapan-harapannya, (3) tahap struktur,  konselor mengdakan kotrak, waktu yang akan digunakan, biaya dan kerahasiaan. (4) tahap meningkatkan relasi atau hubungan konseling, hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi pembinaan bantuan kepada klien.
  1. Memperlancar Tindakan Positif
Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
  1. Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan tujuan konseling, menetapkan strategis, mengupulkan fakta, mengungkapkan perasaan-perasaan klien yang lebih dalam, mengajarkan keterampilan baru konsolidasi, menjelajah alternatif, mengungkap perasaan-perasaan dan melatih skill yang baru.
  2. Perencanaan bagi klien, dengan tujuan memecahkan masalah, mengurangi perasaan-perasaan yang menyedihkan/menyakitkan, mengkosolidasi skill baru atau perilaku baru untuk mencapai aktivitas diri klien.
  3. Sebagai penutup, yaitu mengevaluasi hasil konseling, menutup hubungan konseling.
BAB VIII TEKNIK-TEKNIK KOSELING KELUARGA
  • Teknik Konseling Keluarga Dalam Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem yang dikemukaakan oleh Perez (1979) mengembangkan sepuluh teknik konseling keluarga yaitu:
  1. Sculpting (mematung) yaitu suatu teknik yang mengizinkan anggota-anggota keluarga untuk menyatakan kepada anggota lain, persepsinya tentang berbagai masalah  hubungan diantara anggota-anggota keluarga.
  2. Role playing (bermain peran)
  3. Silance (diam)
  4. Confrotation (konfrontasi) biasanya digunakan untuk mempertentangkan pendapat
  5. Teaching Via Questioning, untuk mengajar anggota keluarga dengan cara bertanya
  6. Listening (mendengarkan)
  7. Recapitulating (mengikhtisarkan pembicaraan)
  8. Summary (menyimpulkan)
  9. Clarification (menjernihkan/memperjelas pernyataan, perasaan yang samar)
  10. Reflection (merefleksikan perasaan klien dan ekspresi wajah).
  • Skill Individu yang Perlu Dikuasai Konselor
  1. Teknik yang berhubungan dengan pemahaman diri seperti:
  2.  Listening skill keterampilan mendengarkan yangterdiri dari attending, paraphrasing, clarifying, perception.
  3. Leading skill (keterampilan memimpin) yang terdiri dari indirect leading, direc leading, focusing, questioning.
  4. Reflecting skill (keterampilan merefleksi) seperti reflecting feeling /merefleksi perasaan, reflenting ekperience/ repleksi ekspresi, reflecting contenet.
  5. Summarizing skill (keterampilan menyimpulkan)
  6. Confronting skill (keterampilan mengkofrontasi) seperti mengkonfrontasi perasaan-perasaan, pengalaman, pendapat-pendapat, meningkatkan konfrotasi diri, membuka perasaan-perasaan dan memudahkan munculnya perasaan-perasaan.
  7. Interpreting skill (keterampilan menafsirkan)
  8. Informing skill (keterampilan menginformasikan)
  9. Keterampilan untuk menyenangkan dan menagani krisis. Skil ini juga berhubungan dengan usah menyenangkan dan konselor sebagai alatnaya.
  10. Keterampilan mengadakan kontak
  11. Keterampilan menentramkan hati klien
  12. Keterampilan untuk memberi relax/santai
  13. Meringankan krisis dengan cara mengubah lingkungan klien
  14. Mengembangkan alternati-alternatif, dengan persepsi realistik, mengurangi ketegangan, membuat suatu komitmen tangtangan
  15. Keterampilan merferal klien,
  1. Keterampilan untuk mengadakan tindakan positif dan perubahan perilaku klien
Keterampilan ini banyak diwarnai oleh aliran behavioral (terapi perilaku). Tujuannya, agar setelah konseling klien mengalami perubahan prilaku dan mampu melakukan tindakan positif.  Metode ini mempunyai karakteristik seperti: pendekatan empirik objektif terhadap tujuan-tujuan klien dan perubahan terhadap lingkungan klien. Adapun keterampilan teknik yang termasuk  dalam bagian ini adalah:
  1. Modeling (metode belajar dengan cara mengalami atau memperhatikan perilaku orang lain.
  2. Rewarding skill (keterampilan memberikan reward atau ganjaran).
  3. Contracting (keterampilan mengadakan perseyujuan dengan klien).
BAB IX KETAHANAN KELUARGA
  1. Latar Belakng
  • Ketakberfungsian Sistem Keluarga
Ada beberapa ketakberfungsian keluarga menurut Aponte dan Deusen (1980) yaitu:
  1. Tembusnya batasan-batasan dan aturan dalam keluarga. Pada keluarga yang fungsional batasan atau aturn keluarga dimengerti dan fleksibel. Akantetapi pada keluarga takfungsional akan terjadi sebaliknya, akibatnya akan terjadi campur aduk perilaku.
  2. Terjadi blok-blok dalam keluarga. Misalnya istri membentuk blok dengan ibunya, untuk melawan suaminya.
  3. Menurunnya kewibawaan. Jika kewibawaan susmi/orang tua sudah hilang atau orang tua/suami otoriter, maka keluarga itu tidak akan berfungsi.
  • Keluarga Materialistik
Hal ini menjadi awal dari kekacauan keluarga. Pada keluarga materialistik tujuannya adalah mengumpulkan dengan asumsi bahwa hal itu akan membahagiakan keluarganya. Misalnya, karena suami/ayah kurang penghasilannya, maka ibu terjun keluar rumah untuk mencari nafkah. Akibatnya anak-anak kurang perhatian dan kasih sayang orang tua, anak-anak dididik oleh pembantu yang biasanya berpendidikan kurang memadai.
  • Isteri Berkuasa
Islam mengajarkan bahwa laki-laki adalah pemimpin terhadap perempuan atau suami atas isteri dan anak-anaknya. Apabila terjadi kebalikannya, maka rumah tangga yang demikian sering terjadi ajang pertentangan dan pertengkaran. Akibatnya anak-anak kehilangan kendali, karena terpengaruh oleh lingkungan sosial yang buruk sehingga  kewibawaan orng tua menurun di mata anak-anak.
  • Keharmonisan Hubungan Seksual
Rata-rata keluarga stres menyebebkan hubungan seksual tidak harmonis dan tidak memuaskan. Mereka jarang membicarakannya karena malu atau menganggap tidak perlu. Suami isteri sering mendiamkan saja persoalan yang penting itu. Dan akibatnya jarak antara meraka makin menjauh. Ada juga karena faktor impotensi klinis yang disebabkan gangguan faal tubuh dan seringnya melakukan onani di waktu masih muda. Apabila penyakit ini ditunggamgi oleh tekanan jiwa maka orang itu akan mengalami impotensi berat.
  1. Situasi Global
Masyarakat Islam sangat terkejut ketika muncul usul dari negara-nagara barat melalui PBB dalam sidang ICPD tahun 2000 yang lalu, usulannya adalah 1). Pengakuan keluarga homo dan lesbi, 2). Mengesahkan pergaulan free-sex (seks bebas); 3). Mengakui keluarga single-parent, yaitu seorang ibu yang memelihara anak zadah (zinah) disahkan sebagai keluarga; 4). Dituntut masyarakat dunia terhadap aborsi (pengguguran kandungan). Jelas sekali apabila usulan-usulan tadi diterima masyrakat dunia termasuk Islam maka berarti keluarga sudah hancur. Kunci sukses antisipasi terletak pada 1). Kekuatan keluarga, 2). Membatasi film-film barat yang tidak mendidik dan merugikan Islam.
  1. Kekacauan Keluarga
  2. Sebab-sebab Keretakan Keluarga
Broken home di zaman sekarng banyak sekali penyebab potensial  yang dapat menimbulkan keretakan keluarga (broken home). Sumber-sumber konflik keluarga dapat dari faktor ekonomi, kecurigaan mengenai perselingkuhan, soal anak, soal mertua, dan anggota keluarga pihak suami atau isteri. Jika dirinci secara sistematis sebab-sebab keretakan keluarga ada dua faktor besar yakni: faktor internal dan eksternal faktor internal, seperti beben psikologis ayah atau ibu, tafsiran dan perlakuan terhadap perilaku, kecurigaan suami/isteri, sikap egoistis. Sedangkan faktor eksternal, antara lain adalah campur tangan pihak ketiga, pergaulan yang negatif anggota keluarga, kebiasaan isteri bergunjing di rumah orang lain, dan kebiasaan judi akan berakibat kekacauan keluarga.
  1. Upaya Preventif
Berikut ini dikemukakan beberapa butir  syarat untuk menjadi orang tua yang bijak: a).komunikasi yang empati, b). Menghargai anak, adalh vitamin bagi perkembangan anak c). Mendorong anak untuk maju sesuai bakat, kemampuan dan kepribadiannya.
  1. Kasus Kawin Cerai Selebritis
  2. Dasar perkawinan selebritis
Rata-rata perkawinan selebritis dilandasi oleh beberapa hal seperti: daya tarik fisik yang biasanya dibumbui jargon cinta, daya tarik materi yang amat deras, bagi mereka perkawinan harus dapat meningkatkan keuangan, dan pengembangan karier .
  1. Gejala Emosional
Pada umumnya para artis dan keluarganya akan merasakan sesuatu yang memberatkan dirinya yaitu tekanan emosional baik disadri atau tidak. Karena faktor kesibukan, mengejar jadwal, tertekan, cemas, dan bahkan bisa stres. Apalagi kalo sang suami bukan seorang artis,  dan anak-anak masih memrlukan perawatan ibu, yang ujung-ujungnya akan menimbulkan percekcokan rumah tangga, pertengkaran, dan bahkan perceraian.
  1. Pendekatan Konseling Perkawinan
Konseling perkawinan adakah cabang dari konseling keluarga, dengan tujuan agar komunaikasi suami-isteri harmonis. Melalui pendekatan konseling perkawinan,  beberapa langkah harus dilalui oleh pasangan suami-isteri yaitu: a). Konselor memberi keudahan bagi masing-masing pasangan untuk mengungkapkan  unek-unek emosinya, b).  Setlah lega karena telah mengatakan unek-uneknya yang kemudian mereda, akan memberi peluang munculnya pemikiran rasional, objektif dan relistis. c). Konselor harus mampu memanfaatkan situasi rasional ini untuk memnemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
  1. Analisis
Beragam keadaan degradasi moral religius di masyarakat telah berdampak terhadap keluarga. Dalam kehidupan masyarakat saat ini adanya degradasi nilai-nilai moral religius pada sebagaian anggota masyarakat karena kuatnya pengaruh materi dan mencari kesenangan hidup (hedonistik). Komplik sosial dan kekerasan sering terjadi karena semakin kuatnya pengaruh paham materialistik dan hedonistik. Tipu-menipu, pencurian, dan perampokan semakin merajalela. Degradasi moral religius, pegaulan bebas, aborsi, narkotik, alkohol dan konflik sering dipicu oleh kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin hari kian berganti dan berkembang.
E. Pengertian Konseling Pernikahan
Konseling pernikahan adalah upaya membantu pasangan calon suami istri oleh konselor profesional, sehingga mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang saling menghargai, toleransi dan dengan komunikasi yang penuh pengertian, sehingga tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandiria, dan sejahtera seluruh anggota keluarga.
F. Proses Konseling Pernikahan
1. Raport adalah proses konseling pernikahan/keluarga diawali dengan pembentukan laport yaitu hubungan timbal-balik, bersahabat, saling percaya antara konselor dengan klien, dengan tujuan agar suami istri/anggota keluarga itu jujur dan terbuka.
2. Pengembangan apresiasi (penghargaan) emosional adalah konseling yang dipimpin oleh konselor pernikahan/perkawinan akan berhasil jika dapat mendinamiskan suami istri, anggota keluarga, sehingga terlihat interaksi yang diwarnai emosional.
3. Pengembangan alternatif modus perilaku adalah menerapkan perilaku yang baru yang nantinya harus diterapkan di rumah setelah usai konseling
4. Membina hubungan konseling. Tujuannya agar minat dan perhatian anggota keluarga atau suami istri tetap semangat untuk mengikuti konseling, dan memelihara hubungan konseling dengan baik, yaitu dengan menunjukkan sikap-sikap baik seperti empati, menerima, menghargai, memahami, mendorong, jujur, hangat, yang selalu dikembangkan oleh konselor
5. Memperlancar tindakan positif. Pada fase ini, konselor harus menggali masalah dan menemukan alternatif pemecahan masalah.
G. Teknik-teknik Konseling Pernikahan
 yaitu mematung, bermain peran, diam, konfrontasi, mengajar melalui pertanyaan, atending dan listening, refleksi feeling, eksplorasi, menyimpulkan, menjernihkan/menjelaskan, memimpin, dan memfokuskan.
H. Bimbingan Keluarga Sakinah
Setiap umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT. Agar teguh beriman dan bertaqwa dengan tujuan hidup mendapat ridha Allah, sehingga memperoleh kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Membina keluarga agar menjadi sakinah adalah kepedulian utama ajaran Islam seperti firman Allah surat Attahrim ayat 6, surat Luqman ayat 12-19, serta hadits Nabi SAW.